Layanan Kami

Sistem kerja yang diterapkan di Laboratorium Klinik Bio Medika telah dirancang untuk mengedepankan  akurasi data serta meminimalisasi aspek ‘kesalahan manusia’.

Dalam sirkulasi darah didapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah tersebut terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (sel pembeku darah). Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama berperan pada proses pembekuan darah.

Pemeriksaan pada sel darah meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrosit rerata (nilai NER), jumlah leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan hematologi meliputi pula hitung retikulosit, hitung eosinofil, aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), daya tahan osmotik eritrosit yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan fraksi hemoglobin dalam eritrosit yang diperiksa dengan analisa hemoglobin, pemeriksaan sel lupus eritematosus (LE) serta penetapan golongan darah. Selain itu, pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis leukosit  disertai dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat diketahui dengan pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran darah tepi dapat menilai kelainan bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat menimbulkan kelainan secara hematologis.

Pemeriksaan hematologi dapat dilakukan secara manual yang memakan waktu cukup lama dan tidak menunjukkan ketelitian serta ketepatan yang baik. Akhir-akhir ini dengan perkembangan teknologi dalam bidang laboratorium, jumlah sel darah dapat dihitung dengan metoda otomatis yang disebut blood cell counter.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan hematologi dilakukan dengan blood cell counter yang disertai pemantapan kualitas intra laboratorium yang ketat dengan menggunakan bahan kontrol komersial. Hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu singkat serta hasil dapat dipercaya karena memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Selain itu Laboratorium Klinik Utama Bio Medika juga mengikuti pemantapan kualitas (quality control) yang dijalankan oleh Departemen Kesehatan serta pemantapan kualitas yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia.

Pemeriksaan laboratorium yang menguji kelainan dalam plasma disebut sebagai pemeriksaan koagulasi. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen. Pemeriksaan ini penting dilakukan pada pasien untuk mengetahui penyebab perdarahan atau untuk mengetahui kelainan pada pasien yang cenderung mengalami perdarahan. Pemeriksaan koagulasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan koagulometer otomatik agar didapatkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Selain itu alat tersebut dapat dipakai untuk memantau pasien yang menggunakan obat antikoagulan oral seperti Simac dengan melakukan uji masa protrombin yang diikuti dengan penetapan nilai INR.

Penilaian mengenai trombosit dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah dan fungsi trombosit. Jumlah trombosit diketahui dengan menghitung jumlah sel tersebut di dalam darah dengan alat hitung sel darah otomatis dan fungsi trombosit dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan masa perdarahan dan uji agregasi trombosit. Uji agregasi ini dipakai untuk menguji salah satu dari fungsi trombosit dan dapat dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-trombosit. Obat anti-trombosit ini dipakai untuk pencegahan terjadinya penyumbatan pembuluh darah seperti pada infark miokard atau stroke.

Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan. Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik/sedimen dan kimia urin. Pada penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih seperti infeksi, radang, adanya trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi di luar ginjal juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan urin, seperti adanya diabetes melitus (DM) dapat diketahui dengan pemeriksaan glukosa urin, hepatitis dengan memeriksa adanya bilirubin dalam urin; perdarahan saluran kemih dapat pula diketahui terutama yang belum terlihat warna merah dalam urin yang disebut mikrohematuria. Dengan adanya penyalahgunaan obat akhir-akhir ini dapat diketahui hasil metabolit obat narkotika di dalam urin.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik menggunakan flowcytometer serta pemeriksaan kimia urin dilakukan dengan menggunakan chemistry urine analyzer yang menggunakan metoda otomatik. Dengan menggunakan metoda otomatis akan didapatkan hasil pemeriksaan yang teliti, tepat dan cepat. Alat otomatis ini dilengkapi dengan pemantapan kualitas intra laboratorium menggunakan bahan kontrol komersial yang menjamin hasil pemeriksaan teliti dan tepat. Selain itu hasil pemeriksaa urin dikontrol melalui program pemantapan kualitas laboratorium klinik yang diselenggrakan oleh Departemen Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik.

Tinja adalah sisa makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran cerna, tinja dapat menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang abnormal. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, darah samar dan pemeriksaan sisa pencernaan.

Pemeriksaan mikroskopik tinja digunakan mikroskop cahaya untuk melihat unsur abnormal seperti telur cacing, sisa makanan yaitu lemak, amilum, leukosit dan eritrosit bila ada perdarahan. Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna merah pada tinja khususnya pada perdarahan saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh asam lambung yang berubah menjadi warna coklat kehitaman. Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tinja dilakukan dengan cara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan darah di dalam tinja menggunakan antibodi monoklonal.

Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemi.

Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT), gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan albumin serum.

Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.

Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.

Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine clearance test/CCT). Creatinine clearance test/CCT memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT. Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah, dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu kadar Cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.

Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 – 14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh  Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 – 12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM.  Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:

  1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang cukup.
  2. Tidak boleh minum alkohol.
  3. Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga sebelum pemeriksaan dilakukan.
  4. Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1 gelas air yang harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk anak.
  5. Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.

Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel beta pulau Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien dengan hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui sekresi insulin basal.

Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam keadaan normal, kadar HbA1c berkisar antara 4 – 6% dan bila gula darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan kadar gula darah yang normal bukan merupakan petanda DM terkontrol. DM terkontrol bila kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih rendah dari sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena itu, penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin untuk mengetahui kelainan tersebut dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c . Akhir – akhir ini uji HbA1c selain untuk monitoring pengobatan, dipakai untuk diagnosis DM.

Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain dihasilkan oleh pankreas juga dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase di dalam serum meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam dan menjadi normal kembali setelah 2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada perut. Kadar amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu empedu dan pasca bedah lambung.

Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi mencerna lemak. Lipase akan meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan amilase terjadi pada permulaan penyakit pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari, sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium lanjut.

Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak selalu terjadi perubahan pada SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia defisiensi besi, kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC akan meningkat/normal dan cadangan besi tubuh menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab anemia.

Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di dalam tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan puluh – sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan asam-basa.

Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di dalam serum yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di dalam tubuh. Oleh karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total, protein total, albumin dan ion Ca.

Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam serum dalam bentuk fosfat. Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen kadar fosfat di dalam badan terikat dengan Ca yang terdapat pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal, sedangkan kadar P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan alat pemeriksaan kimia otomatis (chemistry analyzer) dengan menjamin mutu hasil pemeriksaan dengan  pemantapan kualitas yang memadai.

emeriksaan serologi mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun saat pemeriksaan laboratorium dilakukan dan lamanya kelainan yang dialami penderita.

Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai Dengue Haemorragic Fever (DHF). Penyakit ini dapat berlanjut dengan renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1, antibodi dengue IgG dan IgM.

  • Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue.
  • Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 – 5 demam dan antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 – 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 – 10 demam.

Pemeriksaan antibodi terhadap virus Chikungunya IgM dilakukan terhadap pasien demam dengan gejala pusing, sakit kepala, nyeri sendi dan ruam berwarna merah pada kulit. Untuk memastikan perlu dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap virus Chikungunya IgM. Bila hasil negatif sebaiknya diulang 2 – 4 hari kemudian.

Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C. Pemeriksaan Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman yang berasal dari usus sehingga pemeriksaan ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi dengan Salmonella typhi yang spesifik dapat diperiksa Salmonella typhi IgM.

Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan radang, tukak lambung dan dapat menimbulkan keganasan. Oleh karena itu adanya infeksi dengan kuman Helicobacter pylori dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap H.pylori IgG-IgM.

Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi IgG terhadap amoeba.

Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis.

Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit  seperti TBC, kusta, frambusia dapat menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis stadium lanjut  sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema pallidum.

Chlamydia trachomatis adalah bakteri Gram negatif yang hidup intraseluler. Infeksi dengan bakteri ini dapat menimbulkan non-gonorrheal urethritis, lymphogranuloma venereum, trachoma, neonatal pneumonia dan sindrom Reifer’s. Penyakit terbanyak yang ditimbulkan oleh bakteri ini adalah non-gonorrheal urethritis. Empat puluh persen (40%) kasus non-gonorrheal urethritis disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia, 70% kasus pada wanita menyebabkan infeksi endoserviks dan 50% pada lelaki timbul urethritis asimptomatik. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya infeksi dengan bakteri C. trachomatis dapat dilakukan dengan mendeteksi antibodi atau antigen C. trachomatis. Pemeriksaan dengan antibodi terhadap C. trachomatis menggunakan serum atau plasma. Antibodi C. trachomatis ada 2 macam yaitu golongan IgG dan IgM. Deteksi antibodi C. trachomatis IgM mempunyai banyak kelemahan karena antibodi IgM tidak selalu timbul pada infeksi akut demikian juga dengan antibodi IgG. Antibodi IgG dapat menimbulkan hasil positif palsu bila terdapat faktor rheumatoid dalam darah yang mengganggu reaksi pada pemeriksaan.

Virus measles menyebabkan penyakit demam akut pada anak yang sangat menular. Penyakit ini ditandai oleh radang selaput lendir saluran napas atas disertai ruam pada kulit. Penyakit ini disertai komplikasi radang paru, telinga dan otak. Pada telinga dapat menyebabkan hilang pendengaran dan pada wanita hamil infeksi virus Measles dapat mengakibatkan abortus spontan, kematian janin dan cacat kongenital. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan antibodi IgM terhadap virus Measles di dalam serum pada keadaan akut dan antibodi IgG setelah penyembuhan karena antibodi IgG ini bertahan dalam waktu yang cukup lama atau akibat vaksinasi.

Infeksi virus Mumps dalam keadaan akut dapat  menimbulkan radang kelenjar liur (parotitis), radang selaput otak (meningitis) dan radang pada testis (orchitis). Untuk memastikan adanya infeksi akut diperiksa antibodi IgM terhadap virus Mumps dan infeksi masa lampau diketahui dengan memeriksa antibodi IgG. Antibodi IgG terhadap Mumps mungkin didapatkan setelah imunisasi 12 – 24 bulan.

C-reactive protein (CRP) adalah protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan jaringan dan peradangan. Kadarnya akan meningkat di dalam darah 6 – 10 jam setelah peradangan akut atau kerusakan jaringan dan mencapai puncak 24 – 72 jam. Peningkatan kadar CRP dapat terjadi pada arthritis rheumatoid, infeksi akut, infark jantung, dan keganasan. Kadar CRP akan menjadi normal 3 hari setelah kerusakan jaringan membaik. Makin tinggi kadar CRP, maka makin luas proses peradangan atau kerusakan jaringan. Pemeriksaan CRP lebih dini menunjukkan hasil yang abnormal dibanding dengan pemeriksaan laju endap darah.

hsCRP adalah uji yang sangat sensitif untuk deteksi risiko kelainan kardiovaskuler dan penyakit pembuluh darah tepi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan profil lipid. Dalam kepustakaan dikatakan, sepertiga dari pasien yang mendapat serangan jantung menunjukkan kadar kolesterol dan tekanan darah yang normal tetapi hsCRP sudah menunjukkan peningkatan sehingga peningkatan dari hsCRP menunjukkan adanya risiko tinggi untuk timbulnya penyakit pembuluh darah koroner dan stroke. Pada angina pectoris, hsCRP tidak meningkat. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya inflamasi/peradangan pada proses arterosklerosis, khususnya pada arteri koroneria.

Rheumatoid Arthritic Factor (RF) adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi adanya antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita artritis reumatoid. Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 – 94% pasien dengan arthritis rheumatoid. Selain itu, RF bisa didapatkan pada bermacam-macam penyakit jaringan ikat seperti lupus erythematosus, sklerodema, dermatomiositis serta pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sifilis dan usia lanjut. Pada dugaan Artritis Reumatoid (AR) pemeriksaan Anti-citrullinated protein antibodies (ACPA) memegang peranan penting dalam membantu menegakkan diagnosis AR.  Pemeriksaan ACPA meliputi anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP), anti-mutated citrullinated vimentin (anti-MCV) bersamaan dengan pemeriksaan RF.

Bakteri β-hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang mampu merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang tinggi di dalam darah berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang menghasilkan ASO seperti pada demam rematik, penyakit glomerulonephritis akut. Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 – 2 minggu sebelumnya dan mencapai puncak 3 – 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan.

Petanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk skrining kanker. Petanda tumor ini dipakai untuk menyaring dan membantu menegakkan diagnosis untuk kanker, mengikuti perjalanan penyakit dan ingin mengetahui adanya kekambuhan (relapse). Umumnya pemeriksaan petanda tumor tidak dapat diperiksa secara tunggal untuk mendeteksi adanya kanker, harus dengan menggunakan beberapa petanda tumor.

Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 – 95% pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengan keganasan hati primer, sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 – 400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau kehamilan ganda.

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok.

Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak pada organ tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 – 80% ; pada kanker ovarium, sensitifitas 47 – 80% ; sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya 20 – 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis, bila diperlukan harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relapse.

Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 – 75% kanker pankreas dan 60 – 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar.

Cancer  antigen  12-5  (Ca  12-5)  dipakai  untuk  indikator  kanker  ovarium  epitel  non-mucinous.  Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil pengobatan 3 minggu pasca kemoterapi.

Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon yang dihasilkan plasenta, didapatkan pada darah dan urin wanita hamil 14 – 26 hari setelah konsepsi. Kadar HCG tertinggi pada minggu ke 8 kehamilan. HCG tidak didapatkan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin dalam kandungan dan 3 – 4 hari pasca melahirkan. HCG meningkat pada keganasan seperti mola hidatidosa, korioepitelioma, koriocarcinoma testis.

Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat.

Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti dengan pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 tahun. Total PSA (tPSA) terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan persen (%) PSA bebas.

Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan penyakit pada otak.

Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari serviks utri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah dan leher.

Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial carcinoma.

Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroid–releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat dengan thyroxine binding globulin (TBG) sebanyak 38 – 80%, prealbumin 9 – 27% dan albumin 11 – 35%. Sisanya sebanyak 0.2 – 0.8% ada dalam bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya kelainan tiroid.

Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang terikat dengan protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin 10% dan prealbumin 15% dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar tiroid.

Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisa anterior. TSH berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4 dan T3 melalui reseptornya yang ada di permukaan sel tiroid. Sintesis dari TSH ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah. Bila kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan terjadi penurunan kadar T3 dan T4.

Sebagaimana diketahui, hormon tiroid terikat pada protein yang disebut thyroxin binding protein. Banyaknya thyroxin binding protein yang tidak mengikat hormon tiroid merupakan ukuran dari T-Uptake.

Sebagaimana diketahui T4 didalam aliran darah terikat pada beberapa protein seperti yang telah disebutkan diatas. Selain itu T4 dapat meningkat pada kehamilan, pengobatan dengan estrogen, hepatitis kronik aktif, sirosis bilier atau kelainan bawaan pada tempat pengikatan T4. Pada keadaan ini, peningkatan T4 seolah-olah menunjukkan gangguan fungsi tiroid yang berlebihan, yang sebenarnya peningkatan itu bersifat palsu. Oleh karena itu, untuk mengetahui fungsi tiroid yang baik dapat diperiksa dengan FTI. Pemeriksaan kadar T3, T4, FTI, Free T3, Free T4, dan TSH dilakukan dengan metoda ELISA.

Anti-thyroglobulin antibody adalah autoantibodi terhadap tiroglobulin dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Pada penyakit autoimmune tiroid akan dihasilkan antibodi tiroid yang akan berikatan dengan tiroglobulin yang menimbulkan reaksi radang daripada kelenjar tiroid. Pada tirotoxikosis, titer anti-thyroid antibody dapat mencapai 1/1600 dan pada thyroiditis Hashimoto lebih dari 1/5000. Pada keadaan tertentu seperti kanker tiroid dan penyakit rheumatoid, titer anti-thyroglobulin antibody dapat meningkat.

Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya bersamaan dengan Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi, LH membantu merangsang timbulnya corpus luteum yang menghasilkan progesteron. Selain itu, LH juga merangsang produksi testosteron bersamaan dengan FSH akan mempengaruhi pematangan spermatozoa. Oleh karena itu, pemeriksaan LH dipakai untuk mengetahui infertilitas baik pada pria maupun wanita. Kadarnya sangat tinggi didapatkan pada disfungsi kelenjar gonad seperti testis dan ovarium, dan kadarnya rendah dikaitkan dengan kelainan pada hipotalamus dan hipofisa.

Prolaktin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya pada kelenjar payudara saat menyusui, serta merangsang dan mempertahankan laktasi pada saat melahirkan. Bila ibu tidak menyusui, kadar prolaktin serum menurun menjadi normal. Kadar prolaktin dalam darah menurun pada pertumbuhan tumor hipofisa dan pada penggunaan bromocriptine yang mengakibatkan penurunan kadar prolaktin serum dan mengurangi pertumbuhan tumor hipofisa. Pemeriksaan kadar prolaktin dipakai untuk monitoring pasca bedah, pasca kemoterapi dan pasca radiasi pada keganasan kelenjar yang menghasilkan prolaktin.

Estradiol (E2) mempunyai sifat lebih kuat daripada estrone (E1) dan estriol (E3). Pemeriksaan estradiol dipakai untuk mengetahui kelainan kelenjar gonad, juga dipakai untuk mengevaluasi siklus haid dan masa fertilisasi pada wanita. Pada pria, estradiol meningkat pada keganasan tumor testis dan tumor adrenal, sedangkan wanita pada tumor ovarium.

Progesteron adalah hormon primer yang dihasilkan oleh corpus luteum dari ovarium dan dalam jumlah yang kecil diproduksi oleh korteks adrenal. Kadar progesteron mencapai puncak pada fase luteal dari siklus haid selama 4 – 5 hari dan selama kehamilan. Pemeriksaan serum progesteron berguna untuk konfirmasi ovulasi, masalah infertilitas dan untuk mengetahui fungsi plasenta pada kehamilan.

Testosteron adalah hormon seks pada pria yang dihasilkan oleh testis dan kelenjar adrenal. Pada wanita, hormon ini selain dihasilkan ovarium, juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Pemeriksaan testosteron serum untuk menegakkan diagnosis male sexual precocity sebelum usia 10 tahun dan infertilitas pada pria. Kadar testosteron serum tertinggi pada pagi hari. Kadar rendah didapatkan pada hipogonadism primer dan sekunder.

Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi sangat kompleks. Faktor pertumbuhan IGF-1 merupakan perantara terhadap hormon pertumbuhan, memicu pengambilan asam amino, sintesis protein dan utilisasi penggunaan glukosa. Faktor pertumbuhan  ini diproduksi oleh hati yang membantu kerja dari fungsi endokrin. Kadar IGF-1 dalam serum meningkat pada saat pertumbuhan dan menurun setelah dewasa.

Kortisol adalah hormon golongan glikokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal atas pengaruh adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak ; sebagai anti inflamasi ; mempertahankan tekanan darah ; memperlambat kerja insulin dan memicu terjadinya glikogenesis di hati. Kadar kortisol di dalam darah dipengaruhi oleh waktu pengambilan, pada pagi hari kadarnya lebih tinggi dan rendah pada sore hari. Pemeriksaan kadar kortisol bertujuan untuk mengetahui fungsi korteks adrenal.

Transferin adalah protein yang tergolong dalam fraksi beta globulin yang dihasilkan oleh hati. Transferin berfungsi mengangkut besi dari dinding usus atau cadangan besi ke sumsum tulang untuk pembentukan prekursor eritrosit dan limfosit. Kadar transferin ini meningkat bila didapatkan defisiensi besi dan menurun pada infeksi menahun, peradangan, penyakit kanker, penyakit ginjal dengan proteinuria dan penyakit kelainan hati.

Fosfatase asam adalah enzim yang dihasilkan terutama oleh kelenjar prostat dan didapatkan dalam kadar tinggi di dalam semen. Selain itu, enzim ini didapatkan pula dalam sumsum tulang, eritrosit, limpa dan hati. Sepertiga sampai seperempat dari kadar fosfatase asam total serum dihasilkan oleh kelenjar prostat yang disebut sebagai fosfatase asam prostat yang merupakan isoenzim fosfatase asam. Kadar fosfatase asam dan fosfatase asam prostat ini meningkat terutama pada kanker prostat, sedangkan kadarnya pada hipertrofi prostat jinak normal. Setelah prostatic massage atau extensive palpation dapat meningkatkan kadar fosfatase asam. Pemeriksaan aktifitas fosfatase asam kurang bermanfaat untuk mendeteksi kanker prostat. Oleh karena itu untuk menentukan adanya kanker prostat lebih baik dilakukan pengukuran kadar Prostate Spesific Antigen (PSA).

Beta crosslaps adalah pemeriksaan yang dipakai untuk monitoring pasien dengan pengobatan yang menghambat resorbsi tulang seperti pada penggunaan biphosphonate, Hormone Replacement Therapy (HRT) dan pada wanita post menopausal.

Total Procollagen type 1 amino-terminal propeptide (P1NP) dipakai untuk monitoring pengobatan penderita dengan osteoporosis, pada wanita post menopausal dan penyakit Paget pada tulang.

N-MID Osteocalcin adalah pemeriksaan yang dipakai untuk mengontrol hasil pengobatan yang menghambat resorbsi tulang seperti pada kasus dengan osteoporosis atau dengan hiperkalsemi.

Di Laboratorium Klinik Utama Bio Medika, pemeriksaan serologi dilakukan dengan menggunakan metoda rapid test, reaksi aglutinasi, immunochromatography dan pada pemeriksaan imunologi digunakan metoda Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) dengan metoda Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) dan Electrochemiluminescence Immmunoassay (ECLIA).